BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara teori bahwa antara investasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang berhubungan, dimana tingkat investasi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, hal ini dapat dipahami bahwa dengan adanya investasi maka produksi akan meningkat dengan demikian income produsen pun akan meningkat. dalam skala makro akan meningkatkan pertumbuhan secara keseluruhan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Dalam hal investasi paling tidak ada dua hal yakni investasi secara langsung (foreign direct investment) dan tidak langsung, yang dimaksud investasi langsung adalah masyarakat mengalokasikan sumber daya yang ada diluar konsumsi untuk kemudian dialihkan menjadi hasil produksi lainnya, sedangkan investasi tidak langsung adalah pengalihan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat kepada pasar uang (bank) maupun pasar modal.
Beberapa tahun lalu bahkan dewasa ini wacana investasi yang dilakukan oleh orang asing seakan menjadi suatu harapan bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri, Indonesia misalkan berharap akan adanya investor asing yang menanamkan modal di Indonesia, baik pada sector pariwisata, pertanian, dsb. Bahkan salah satu media masa menyebutkan dalam analisis menteri keuangan bahwa :
Data dana invest :[1]
1. Tahun 2007 $ 1.252 US,
2. Tahun 2008 $ 649 US,
3. Tahun 2009 $ 348 US,
4. Tahun 2010 $ 671 US.
Dari tahuan 2009 ke tahun 2010 diharapkan akan ada peningkatan jumlah dana yang di investkan ke dalam negeri yakni di perkirakan sekitar $ 671 US, hal ini dengan sebuah analisis bahwa:
- Negara-negara yang tergabung dalam organization for economic development memperbaiki tingkat resiko invest
- Perekonomian as dan eropa masih dalam tahap pemulihan
- Di asean, Thailand yang semula di lirik mulai ditinggalkan
- Nakausua belum menunjukkan recoveri sebaik Indonesia
Hal ini berarti bahwa Indonesia memiliki peluang untuk mendapatkan investor yang akan menanamkan modalnya.
Memahami pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi bukan merupakan persoalan karena dua hal ini terhubung secvara logis, tapi kemudian yang menjadi permasalahan adalah bagaimana bila yang menyandang dana itu adalah investor asing.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian diatas sebagai latar belakang masalah maka focus pembahasan selanjutnya adalah, Bagaimana dampak investor asing terhadap pertumbuhan ekonomi di dalam negeri?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Investasi
- Pengertian
Banyak bisnis yang dapat dilakukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, tentu semuanya bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah atau keuntungan di kemudian hari. Orang membeli sebidang tanah dengan harapan nantinya harga tanah tersebut menjadi lebih mahal. Orang menyimpan uangnya di bank dengan harapan mendapatkan bunga dari simpanannya itu. Secara umum, semua tindakan di atas dapat dikategorikan sebagai tindakan investasi.
Yang dimaksud dengan investasi adalah pembelian barang modal, yakni barang yang dipakai untuk menghasilkan barang lain.[2]
Investasi adalah Komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang.[3]
Sharpe et all (1993), misalnya, merumuskan investasi dengan pengertian berikut: mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna mendapatkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar. Sedang Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang.[4]
Definisi yang lebih lengkap diberikan oleh Reilly dan Brown, yang mengatakan bahwa investasi adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke masa depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasi pengorbanan investor berupa:[5]
- Keterikatan aset pada waktu tertentu
- Tingkat inflasi
- Ketidaktentuan penghasilan pada masa mendatang.
Dari definisi-definisi diatas kita bisa menarik pengertian investasi, bahwa untuk bisa melakukan suatu investasi harus ada unsur ketersediaan dana (aset) pada saat sekarang, kemudian komitmen mengikatkan dana tersebut pada obyek investasi (bisa tunggal atau portofolio) untuk beberapa periode (untuk jangka panjang lebih dari satu tahun) di masa mendatang. Selanjutnya, setelah periode yang diinginkan tersebut tercapai (jatuh tempo) barulah investor bisa mendapatkan kembali asetnya, tentu saja dalam jumlah yang lebih besar, guna mengkompensasi pengorbanan investor seperti yang diungkapkan Reilly dan Brown. Namun, tidak ada jaminan pada akhir periode yang ditentukan investor pasti mendapati asetnya lebih besar dari saat memulai investasi. lni terjadi karena selama periode waktu menunggu itu terdapat kejadian yang menyimpang dari yang diharapkan. lnilah, yang disebut risiko. Dengan demikian, selain harus memiliki komitmen mengikatkan dananya, investor juga harus bersedia menanggung risiko.
Menurut schumpeter bahwa investasi dapat di bedekan kepada dua golongan, penanaman modal ekonomi dan penanaman modal terpengaruh penanaman modal ekonomi adalah penanaman modal yang di timbukan oleh kegiatan ekonomi dan penanaman modal terpengaruh adalah penanaman modal yang timbul akibat kenaikan inoasi dalam kegiatan ekonomi[6]
- Macam-Macam bentuk investasi :
1. Investasi pada asset riil (Real Assets) misalnya : tanah, emas, mesin, bangunan dll
2. Investasi pada asset finansial (financial assets):
- Investasi di pasar uang : deposito, sertifikat BI, dll
- Investasi di pasar modal : saham, obligasi, opsi, warrant dll
- Sumber dana untuk investasi :
1. Asset yang dimiliki saat ini
2. Pinjaman dari pihak lain
3. Tabungan
B. Pertumbuhan Ekonomi
- Pengertian
Sadono Soekirno mendefinisikan Pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. [7]
Menurut Nopirin bahwa Pertumbuhan ekonomi adalah pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk memperbanyak barang dan jasa yang dihasilkan kemudian hari.[8]
Pertumbuhan ekonomi adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan peningkatan per kapita produk domestik bruto (PDB) atau ukuran lain pendapatan agregat. Hal ini sering diukur sebagai laju perubahan dalam GDP. Pertumbuhan ekonomi hanya merujuk kepada jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Pertumbuhan ekonomi dapat bersifat positif atau negatif. pertumbuhan negatif bisa disebut dengan mengatakan bahwa ekonomi menyusut. pertumbuhan negatif terkait dengan ekonomi resesi dan depresi ekonomi.[9]
Dari beberapa definisi diatas point yang dapat digaris bawahi yakni optimalisasi sumber daya dan peningkatan produksi baik dalam arti barang maupun jasa.
- Teori Dan Model Pertumbuhan Ekonomi
Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomidan factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi.[10]
a. Teori Inovasi Schum Peter
Teori schumpeter menekankan pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonmi. Dalam teori itu di tunjukan bahwa para pengusaha meruakan golomgam yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau unovasi dalam keguatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi, memperkenalkan barang-barang baru mempertinggi efisien cara memproduuksinya dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar sesuatu ke barangkepasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakanperubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investor baru.
Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkanbahwa perekonomia sedang dalam keadaan tidak bnerkembang. Tapikeadaan ini tidakberlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan engusaha menyadari kemungknan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginanmendapatan keuntungan dari mengadakanpembaharuan tersenut, mereka akan meminjam modal danmelakukan pananaman modal. Investasi yang baru ijni akan meingkatkan kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akanbertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat akan bertambah lagi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih banyakbarang dan melakukan penanaman modalbaru. Maka menurut schmpeter, investasi dapat di bedekan kepada dua golongan, penanaman modal ekonomi dan penanaman modal terpengaruh penannaman modal ekonomi aalahpenanaman modal yang di timbukan oleh kegiatan ekonomi dan penanaman modal terpengaruh adalah penanaman modal yang timbula akibat kenaikan invasi dalam kegiatan ekonomi.[11]
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
b. Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural di kalikan dengan nisbah kapital-output.
c. Model Input-Output Leontief.
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah .
d. Model Pertumbuhan Lewis
Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang banyak(padat)penduduknya.Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
e. Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap pertumbuhan ekonomi serta ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, ahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsimsi tinggi.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Faktor-faktor atau komponen-komponen pokok yang dari pertumbuhan ekonomi adalah 1) akumulasi modal, yang meliputi semua investasi baru berupa tanah dan sumber daya manusia 2) pertumbuhan penduduk 3) kemajuan-kemajuan di bidang tegnologi.
Sepintas lalu, banyak orang berkesimpulan bahwa pengeluaran yang tumbuh tinggi memiliki peran penting mendorong pertumbuhan dan sebaliknya, pengeluaran yang tumbuh rendah, rendah pula daya dorongnya terhadap PDB. Untuk melihat berapa persen peran masing-masing pengeluaran dalam menciptakan pertumbuhan yang 4,59 tersebut, perlu perhitungan sederhana. Konsumsi rumah tangga tumbuh 3,2 persen dan perannya terhadap PDB sebesar 58,9 persen. Sumbangannya dalam menciptakan pertumbuhan PDB adalah (3,2% x 58,9%)/100, atau sebesar 1,9 persen. Dengan cara yang sama, maka peran pengeluaran pemerintah menciptakan pertumbuhan PDB sebesar 1 persen, PMTB (0,6 persen) dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor) sebesar 1,09 persen. Jika dijumlahkan, tercapailah pertumbuhan ekonomi sebesar 4,59 persen. Tampak bahwa pertumbuhan PDB kuartal I, secara berturut-turut didorong oleh konsumsi swasta, ekspor netto, pengeluaran pemerintah dan PM TB. Peran pemerintah dalam perekonomian terus menurun, dari sekitar 20,6 persen (1989) menjadi 6,9 persen kuartal I 2006.
Angka ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia semakin digerakkan oleh sektor swasta dengan prinsip mekanisme pasar. Dengan kata lain, peran pemerintah mendorong pertumbuhan semakin tidak bisa diharapkan, begitu juga dalam menciptakan lapangan kerja. Peran pengeluaran pemerintah yang kecil diperberat lagi dengan tingginya korupsi dan mis-alokasi sumberdana di sektor publik. Oleh karena itu, kini dipercaya bahwa alokasi sumberdaya ekonomi oleh swasta lebih efisien ketimbang sektor publik. Di berbagai negara, peran pemerintah semakin menciut dalam perekonomian.
Peran pemerintah yang diharapkan dewasa ini, cenderung sebagai regulator untuk menciptakan harmoni dan permainan yang adil agar mekanisme pasar berjalan lebih mulus. Konsumsi swasta, meskipun pertumbuhannya kecil, tetapi menjadi penyumbang dominan pada pertumbuhan. Dari 4,59 pertumbuhan ekonomi, 1,9 persennya disumbangkan oleh konsumsi swasta. Hal ini diperkuat oleh penyaluran kredit perbankan, yang masih cukup besar pada kredit konsumtif, sekitar 30,2 persen dari total kredit yang disalurkan oleh bank umum pada posisi Maret 2006. Kenaikan konsumsi yang tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan, potensial meningkatkan kredit macet. Masyarakat berbelanja melebihi kemampuannya dan difasilitasi oleh kredit perbankan. Peran investasi (PMTB) menciptakan pertumbuhan masih relatif kecil (0,6 persen). Demikian juga kredit perbankan yang disalurkan pada investasi, hanya sekitar 19,3 persen dari total kredit. Bagaimanapun juga, struktur perekonomian seperti ini kurang sehat. Seharusnya investasi berperan paling dominan dalam menciptakan pertumbuhan (bukan konsumsi), karena investasi akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan.
BAB III
ANALISIS
- Hubungan Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi
Sebenarnya pertanyaan apakah kehadiran investasi asing, khususnya investasi langsung, umum disebut Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) di suatu negara menguntungkan negara tersebut, khususnya dalam hal pembangunan dan pertumbuhan ekonomi tidak perlu dipertanyakan lagi. Banyak bukti empiris seperti pengalaman-pengalaman di Korea Selatan, Malaysia, Thailand, China, dan banyak lagi negara lainnya yang menunjukkan bahwa kehadiran PMA memberi banyak hal positif terhadap perekonomian dari negara tuan rumah.
Untuk kasus Indonesia, bukti paling nyata adalah semasa pemerintahan Orde Baru. Tidak mungkin ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali dari kehancuran yang dibuat oleh pemerintahan Orde Lama dan bisa mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% per tahun selama periode 1980-an kalau tidak ada PMA. Tentu banyak faktor lain yang juga berperan sebagai sumber pendorong pertumbuhan tersebut seperti bantuan atau utang luar negeri dan keseriusan pemerintah Orde Baru untuk membangun ekonomi nasional saat itu yang tercerminkan oleh adanya Repelita dan stabilitas politik dan sosial. Literatur teori juga memberi argumen yang kuat bahwa ada suatu korelasi positif antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara penerima.[12]
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa investasi mempunyai hubungan yang erat dengan persoalan pertumbuhan eonomi, hal ini dapat di famahi dengan analisis bahwa dalam persoalan envestasi, menjelaskan bahwa injeksi dana investasi akan memungkinkan produsen menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak untuk itu dia akan membeli faktor produksi yang banyak pula. Sebagai hasilnya pendapatan yang di terima oleh konsumen meningkat. Kenaikan pendapatan konsumen tersebut akan mendorong mereka menambah konsumsi, tabungan atau keduanya. Posisi keseimbangan akan tercipta mana kala besarnya injeksi (investasi) sama dengan kebocoran (tabungan).[13]
Hal ini terjadi pada pendapatan yang lebih tinggi tentu saja kenaikan pendapatan tersebut terealisir apabila masih ada faktor produksi yang belum digunakan sepenuhnya . jika tidak ada faktor produksi yang menganggur tambahan investasi akan mengakibatkan kenaikan harga saja (inflasi). Dengan demikian hubungan antara investasi dan perumbuhan ekonomi bersifat pengaruh mempengaruhi, atau dengan kata bahwa investasi merupakan faktor yang determinan terhadap persoala pertumbuhan ekonomi.
- Dampak Investor Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Secara teori, penanaman modal asing (PMA) berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi pada khususnya di negara tuan rumah Pertama, lewat pembangunan pabrik-pabrik baru yang berarti juga penambahan output atau produk domestic bruto (PDB), total ekspor dan kesempatan kerja. Ini adalah suatu dampak langsung. Pertumbuhan berarti penambahan cadangan devisa yang selanjutnya peningkatan kemampuan dari negara penerima untuk membayar utang luar negeri dan impor. Kedua, masih dari sisi suplai, namun sifatnya tidak langsung, adalah sebagai berikut: adanya PP baru berarti ada penambahan permintaan di dalam negeri terhadap barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input-input lainnya. Jika permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain di dalam negeri (tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor domestik lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Ini berarti telah terjadi suatu efek penggandaan dari keberadaan PMA terhadap output agregat di negara penerima. Dalam kata lain, semakin besar komponen M dari sebuah proyek PMA, atau semakin besar ”kebocoran” dari keterkaitan produksi antara PMA dengan ekonomi domestik, semakin kecil efek penggandaan tersebut. Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan: peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri. Sama seperti kasus sebelumnya, jika penambahan permintaan konsumsi tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap. Sebaliknya, jika ekstra permintaan konsumsi tersebut adalah dalam bentuk peningkatan impor, maka efenya nihil. Bahkan jika pertumbuhan impor lebih pesat daripada pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya PMA, maka terjadi defisit neraca perdagangan. Ini berarti kehadiran PMA memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif terhadap negara tuan rumah. Keempat, peran PMA sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan PMA. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan-perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari perusahaan PMA ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau subcontracting antara PMA dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah, seperti kasus PT Astra Internasional dengan banyak sub kontraktor skala kecil dan menengah.[14]
Studi empiris mengenai pengaruh arus masuk modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara sedang berkembang telah banyak dilakukan. Peran modal asing dalam perekonomian atau pertumbuhan ekonomi sampai saat ini masih diperdebatkan, baik mengenai intensitas maupun arahnya. Menurut Michael F. Todaro (1994) terdapat dua kelompok pandangan mengenai modal asing. Pertama, kelompok yang mendukung modal asing, mereka memandang modal asing sebagai pengisi kesenjangan antara persediaan tabungan, devisa, penerimaan pemerintah, ketrampilan manajerial, serta untuk mencapai tingkat pertumbuhan. Kedua, kelompok yang menentang modal asing dengan perusahaan multi nasionalnya, berpendapat bahwa modal asing cenderung menurunkan tingkat tabungan dan investasi domestik.
Dengan menggunakan data tahun 1970 – 1986, Sritua Arif dan Adi Sasono (1987: 45-46) menemukan bahwa arus bersih modal asing yang masuk ke Indonesia, baik yang berupa investasi modal asing dan hutang luar negeri, setelah memperhitungkan pembayaran cicilan hutang, bunga dan keuntungan yang ditransfer pihak asing ke luar negeri, menunjukkjan nilai kumulatif negatif, bahkan modal asing ini cenderung berdampak mendesak keluar (crowding out) terhadap tabungan domestik. Hasil yang serupa juga dikemukakan oleh Rahman (1979), Griffin dan Enos (1970), Weiskoft (1972) Chenery dan Strout (1979), Hujman (1968) dan Mudrajat Kuncoro (1982) yang menunjukkan bahwa modal asing berpengaruh negatif terhadap tabungan domestik diberbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Disamping itu, arus modal asing juga dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, walaupun secara statistik tidak signifikan. Studi-studi tersebut juga menemukan bahwa tabungan domestik lebih penting peranannya daripada modal asing, baik secara kuantitatif maupun statistik dalam menentukan pertumbuhan ekonomi, hanya studi Bangley (1978) yang menunjukkan bahwa utang luar negeri meningkatkan tabungan domestik, tapi ini hanya terjadi di negara Amerika Latin.
Analisis time series di beberapa negara seperti; Pakistan, Cina, Korea menunjukkan bahwa utang luar negeri memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi baik di negara miskin maupun kaya. Disamping itu, Papanek dan Dowling (1983) mendukung hipotesis bahwa utang luar negeri berkontribusi cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi seperti tabungan domestik dan aliran modal masuk swasta, khususnya di beberapa negara Asia. Hasil studi ini sesuai dengan penelitian Rana-Dowling (1988) untuk negara berkembang selama 1965 – 1982 dengan menggunakan persamaan simultan. Mereka menyimpulkan bahwa arus modal asing memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi langsung asing memberi kontribusi terhadap pertumbuhan baik melalui pembentukan kapital maupun peningkatan efisiensi investasi, dan utang luar negeri memberi kontribusi lebih besar daripada arus modal asing .[15]
Dalam garis besarnya, terdapat tiga sumber utama modal asing dalam suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, yaitu pinjaman luar negeri (debt), Penanaman Modal Asing langsung (Foreign Direct Investment = FDI) dan investasi portofolio (Pangestu, 1995). Pinjaman luar negeri dilakukan oleh pemerintah secara bilateral maupun multilateral, FDI merupakan investasi yang dilakukan swasta asing ke suatu negara. Bentuknya dapat berupa cabang perusahaan multinasional, anak perusahaan multinasional, lisensi, Joint Ventura, sedangkan investasi portofolio merupakan investasi yang dilakukan melalui pasar modal.[16]
Manfaat yang dapat diharapkan dari suatu paket modal asing (FDI) berupa penyerapan tenaga kerja; alih teknologi; pelatihan manajerial dan akses ke pasar Internasional melalui eksport.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari apa yang telah di uraikan diatas, dapat kita tarik titik temu antara investasi dan pertumbuhan ekonomi yakni :
- bahwa investasi akan meningkatkan injeksi jumlah modal, dan dengan sendirinya akanmeningkatkan jumlah barang produksi.
- Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran dimana terjadi peningkatan produktifitas masyarakat dibandingkan nilai konsumsi.
- Dengan hadirnya investor asing, akan bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri, hal ini berangkat dari asumsi bahwa, dengan adanya investor asing, berarti akan memberikan injeksi terhadap jumlah nilai dana yang di investasikan.
- Manfaat dari adanya investor asing berupa penyerapan tenaga kerja, alih teknologi, pelatihan manajerial dan akses ke pasar Internasional melalui eksport.
Daftar Pustaka
Budiono, Pengantar Elmu Ekonomi,Yogyakarta, BPFE 2002
Dowling, J. Malcolm and Ulric Hipmenz, Aid, Saving and Growth in the Asian Region, Development Economic, Vol.21, No. 1, Maret 1983.
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dan Mikro, Cet VII, Yogyakarta, BPFE: 2008
Tulus Tambunan , Daya Saing Indonesia dalam Menarik Investasi Asing, Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti. makalah dalam Seminar Bank Indonesia, Rabu 19 Desember 2007
Sadono soekirno, Makroekonome Teori Pengantar Jakarta, PT.Raja Grafindo persada : 2004
Pradumo, B. Rana and J. Malcolm Dowling,The Impact of Foreign Capital and Growth : Evidences From Asian Developing Countries. The Developing Economies, Vol. XXVI, No. 1, Maret 1988.
Sritua Arief dan Adi Sasono, Modal Asing, Beban Utang Luar Negeri dan Ekonomi Indonesia, Lembaga Studi Pembangunan dan UI Press, Jakarta, 1987
Sobri, Makro Ekonomi,BPFEE UII yogyakarta 1990.
Thee Kian Wie ,Industrialisasi di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1994
Todoro, P. Michael, Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga, Bina Aksara, Jakarta. 1998
UI Haq Mahbub The Poverty Curtain, Choices For The Third World, Columbia University Press, New York. 1976
Weisskof, Thomas. E, The Impact of Foreign Capital Inflow on Domestic Saving in Underdeveloped Countries, Journal of International Economics, February, 1972.
Yaswar Zainulbasri ,Utang Luar Negeri, Investasi dan Tabungan Domestik: Sebuah Survey Literatur, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No.3. 2000
Zulkarnain Djamin, Pinjaman Luar Negeri serta Prosedur Alternatif dalam Pembiayaan Proyek Pembangunan Indonesia, UI Press, Jakarta. 1994
[1] Jawa Pos 3 April 2010
[2] Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dan Mikro, Cet VII (Yogyakarta, BPFE: 2008),53
[3] ocw.unnes.ac.id/...investasi/.../investasi%20%20definisi%202.../file. Di Akses Pada 10 Juni 2010
[4] http://www.asiafxonline.com/1new/index.php?option=basic&contentid=29 di akses pada 10 juni 2010
[5] Ibid…
[6] Sadono soekirno,,, 434
[7] Sadono soekirno, Makroekonome Teori Pengantar (Jakarta, PT.Raja Grafindo persada : 2004),9
[8] Nopirin, Op,,Cit… 28
[9] http://en.wikipedia.org/wiki/. 10 juni 2010
[10] httpdefinisi+pertumbuhan+ekonomi. 10 juni 2010
[11] Sadono Soekirno,,, 434
[12] Tulus Tambunan , Daya Saing Indonesia dalam Menarik Investasi Asing (Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti) makalah dalam Seminar Bank Indonesia, Rabu 19 Desember 2007
[13] Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi, (yogakarta, BPFE : 2008), 53
[14] Selanjutnya, lihat misalnya Borensztein dan. Lee (1998), Carkovic dan Levine (2002), Aitken dan Harrison (1999), Alfaro dkk.(2003), Balasubramanyam dkk. (1996, 1999).
[15] Dowling, J. Malcolm and Ulric Hipmenz (1983), "Aid, Saving and Growth in the Asian Region" Development Economic, Vol.21, No. 1, Maret 1983.
[16] Agung Nusantara dan Enny Puji Astutik http://id-jurnal.blogspot.com/2008/04/analisis-peranan-modal-asing-terhadap.html. 29 juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar